Senin, 29 November 2010

SISTEM NASIONAL JAUH DARI GAGASAN KI HADJAR

Jakarta, Kompas - Hari Pendidikan Nasional yang diambil dari hari lahir Ki Hadjar Dewantara memunculkan keprihatinan. Panitera Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Ki Priyo Dwiarso mengatakan, sistem pendidikan nasional makin jauh dari upaya membangun bangsa berbudaya dan berkarakter seperti digagas Ki Hadjar.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam peringatan Hardiknas di Jakarta, Minggu (2/5), menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai bagian upaya membangun karakter bangsa. Tema Hardiknas adalah ”Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa”.

Karakter yang ingin dibangun, antara lain, adalah karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang terbaik, sebagai prestasi yang dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran. Sekarang, dalam kehidupan bermasyarakat sering ditemukan ironi.

”Kadang-kadang lucu dan mengherankan yang terjadi di negara ini. Betapa tidak mengherankan, penegak hukum yang mestinya menegakkan hukum ternyata harus dihukum. Para pendidik yang mestinya mendidik malah harus dididik. Pejabat yang mestinya melayani masyarakat malah minta dilayani. Persoalan ini semua bersumber pada karakter,” kata Nuh.

Gagasan Ki Hadjar

Menurut Ki Priyo, ujian nasional menuntut semua murid mengutamakan penguasaan mata pelajaran yang mengasah sisi kognitif saja, lebih banyak berisi materi hafalan. Akibatnya, pengetahuan murid tidak mengendap dan tidak berbuah penanaman sikap.

Menurut Ki Priyo, hal ini berkebalikan dengan prinsip Ki Hadjar, pendidikan seharusnya memerdekakan murid, menumbuhkan keberagaman di berbagai bidang kemampuan melalui proses pemahaman akan kebudayaan dan kebangsaan.

Hardiknas di Yogyakarta ditandai unjuk rasa. Mahasiswa Keluarga Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa menolak pengganti UU BHP, penyelenggaraan UN, dan intervensi asing. (ELN/IRE)

0 komentar:

Posting Komentar